CARSINOMA SERVIKS
Konsep Dasar Medis.
1. Pengertian
Carsinoma atau kanker adalah
pertumbuhan ganas berasal dari jaringan epitel sedangkan serviks itu merupakan
bagian dari rahim sebagai jalan lahir yang berbentuk silinder. Serviks uteri :
leher rahum. Carsinoma serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada
serviks, dimana pada keadaan ini terdapat kelompok sel yang abnormal yang
terbentuk oleh jaringan yang tumbuh secara terus menerus dan tidak terbatas,
tidak terkoordinasi, tidak berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya
tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya dan penyakit ini dapat
terjadi berulang (Sarwono Prawirohardjo, 1999).
2. Anatomi dan fisiologi
Serviks merupakan segmen
uterus berada bagian bawah yang dilapisi epitel torak pensekresi mukus dalam kesinambungan
langsung dengan epitel vagina, yang befungsi sebagai jalan lahir.
Ekstoserviks merupakan epitel berlapis yang gepeng
serupa dengan vagina, dengan peralihan agak mendadak diantara keduanya,
sambungan skuamakolumnar. Serviks mengalami perubahan/dramatis selama masa usia
reproduktif maupun dalam siklus menstruasi. Sambungan skuamokolumnar normalnya
terletak dalam kanalis endoservikalis, tetapi dapat berada jauh di luar pada
ektoserviks, baik pasca persalinan atau atas dasar kongenital.
Mukus serviks dihasilkan sebagai respon terhadap
estrogen dan dengan eversi sel torak pensekresi mucus pada ektoserviks, suatu
sekret mukoid dan kadang-kadang purulen bisa dialami. Walaupun ini bisa
menyebabkan secret yang berbau busuk, tetapi tidak ada makna patologi dan
tampaknya tidak mengubah kapasitas reproduksi.
Mukus memberikan sawar bakteri diantara traktus
genitalis atas yang steril dan vagina yang mengandung bakteri dan memudahkan
sperma berjalan pada saat ovulasi. Arsitektur endoserviks mempunyai beberapa kripta
yang memberikan penampungan untuk sperma, tempat sperma bertahan sampai
beberapa hari setelah koitus.
Saluran yang terdapat pada
serviks disebut kanalis servikalis berbentuk sebagai saluran lonjongan panjang
2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks, berbentuk sel-sel
toraks bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran
serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum (OUI) dan pintu vagina
(OUE) Ostium Oteri Eksternum. Kedua pintu ini penting dalam klinik misalnya
pada penilaian jalannya persalinan, abortus dan sebagainya.
3. Etiologi
Penyebab kanker serviks
tidak diketahui secara pasti, namun beberapa faktor diyakini terkait dalam
proses timbulnya penyakit ini. Faktor resiko diantara meliputi riwayat coitus usia
dini (kurang dari 20 tahun). riwayat penyakit menular seksual khususnya (HPV)
Human Papilloma Virus, Herpes, Virus dan mungkin juga Cytomegalovirus :
pasangan seksual multiple (lebih dari 2) : pap smear – abnormal, parner seksual
yang mengidap penyakit menular seksual, ketergantungan pada rokok, eksposure
DES (Diethyistribestrol) pada uterus dan kelompok sosial ekonomi rendah.
4. Patofisiologi
Proses perkembangan kanker
serviks berlangsung lambat, diawali dengan adanya perubahan displasia yang
perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia tidak melibatkan seluruh lapisan
epitel serviks, yang dibagi menjadi displasia ringan, sedang dan berat.
Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regresi epitel yang meningkat
misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan
gangguan keseimbangan hormon. Displasia adalah neoplasma serviks intraepitel
(CIN). Tingkatan adalah CIN 1 (displasia ringan), CIN 2 (displasia sedang), CIN
3 (displasia berat dan insitu).
Dalam jangka waktu 7 – 10
tahun, perkembangan tersebut menjadi bentuk invasi pada stroma serviks dengan
adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,
perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif, carsinoma insitu yang diawali
fase statis dalam waktu 10 – 12 bulan berkembang menjadi bentuk invasi pada
stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat
menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofilik atau dapat berinfiltrasi ke
kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks. Para
metrium dan pada akhirnya dapat meluas ke arah segmen bawah uterus dan cavum
uterus. Penyebab kanker ditentukan oleh stadium dan ukuran tumor, jenis
histologik dan ada tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemis, hipertensi dan
adanya demam.
5. Manifestasi klinik
Pada tahap awal terjadinya
kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa
ketidakteraturan siklus haid (irregularitas), amenorrhe, hiperamenorrhe, juga
adanya pengeluaran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual dan
pada post koitus dan latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit
yaitu darah yang keluar berbentuk makoid.
Nyeri dirasakan dapat
menjalar ke ekstremitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut
gejala yang mungkin dan bisa timbul lebih bervariasi. Sekret dari vagina
berwarna kuning, berbau, dan terjadinya instansi vagina serta mukosa vulva.
Perdarahan pervagina akan semakin sering terjadi pada nyeri semakin progresif.
Pada tahap yang lebih lanjut
dapat terjadi komplikasi vistulvesika vagina. Sehingga urine dan faeces dapat
keluar melalui vagina. Gejala lain yang dapat terjadi adalah nausea, muntah,
demam, dan anemia.
Tahap klinis
Penentuan tahapan klinis
penting dalam memperkirakan penyebaran penyakit, membantu prognosis dan rencana
tindakan dan memberikan arti perbandingan dan metode therapy.
Tahapan stadium klinik yang
dipakai sekarang ialah pembagian yang ditentukan oleh International Federation
of Gynecologi and Obstetrics (FIGO) tahun 1976. pembagian ini didasarkan atas
pemeriksaan klinik, radiology, kinetase endoserviks, dan biopsy.
Tahapan-tahapan tersebut yaitu :
-
Karsinoma pre
invasive.
Karsinoma insitu, karsinoma intra epitel.
-
Karsinoma
invasive
Stadium I Karsinoma terbatas pada serviks
I. a. Karsinoma mikro
invasive (invasi stoma awal).
I. b Stadium I lainnya, karsinoma invasive yang terbatas pada serviks.
Stadium II Karsinoma meluas keluar serviks, tetapi tidak
mencapai dinding
panggul
II. a. Para metrium
masih bebas.
II. b. Para metrium
sudah terkena.
Stadium III Karsinoma sudah mencapai dinding panggul pada
pemeriksaan
rectal tidak ada celah
antara tumor mencapai 1/3 distal vagina, dengan komplikasi hidronefrosis dan
afungsi ginjal.
III. a. Belum mencapai
dinding panggul.
III. b. Sudah mencapai dinding panggul dan atau ada hidronefrosis atau
afungsi ginjal.
Stadium
IV Karsinoma sudah meluas keluar pelvik
kecil (true pelvic atau secara klinik sudah mengenai mukosa veksika urinaria
dan rectum).
IV. a. Menyebar ke
organ sekitarnya.
IV. b. Menyebar ke organ
yang jauh.
6. Test diagnostik
a. Sitologi
Keuntungan :
-
Murah.
-
Dapat memeriksa
bagian-bagian yang tidak terlihat kelemahan.
-
Tidak dapat
menentukan dengan tepat lokalisasi.
Kelemahan :
-
Tidak dapat
menentukan dengan tepat lokalisasi.
b. Sciller Test
Dasarnya :
Epitel Ca. tidak mengandung
glikogen, karena itu dapat mengikat jodium.
Kalau portio diberi jodium,
maka epitel yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang Ca tidak
berwarna, sayangnya bahwa trauma dan infeksi juga dapat memberikan tes positif.
c. Kolposkopi
Kolposkop : Alat untuk melihat cerviks dengan lampu dan
dibesarkan 10 – 40 kali.
Serviks mula – mula dibersihkan dengan kapas,
kemudian dengan acidum aceticum 3 % hasil pemeriksaan kalposkopi dapat sebagai
berikut :
a. Benigna
1. Epitel gepeng yang normal.
2. Ectodi
3. Zone transforman
4. Perubahan peradangan
b. Suspek
1. Lekoplakia
2. Punctation : Daerah bertitik merah
3. Papillary punctation
4. Mozaik
5. Transformasi yang atypis
Keuntungan : Dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan
sehingga mudah melakukan biopsi.
Kelemahan : Hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat
saja yaitu portio, selain kelainan pada skuamous columner dan intraservikal
tidak terlihat.
c. Kolpomikroskopi
Pembesaran 200 kali.
Sebelum dilihat dengan kolpokop diwarnai dulu dengan
Maiyer emaktocylin atau tolvidine blue.
Dykaryose dan sel-sel atypis dari carcinoma dapat
dilihat tidak begitu populer.
d. Biopsi
Sebagai suplemen terhadap sitologi. Daerah tempat
diadakan biopsi, berdasarkan hasil pemeriksaan kolposkopi.
Kalau perlu diadakan multiple punch biopsi atau kuretasi
serviks, dengan biopsi dapat ditentukan jenis Ca – nya.
e. Konisasi
Dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada
serviks tidak tampak kelainan – kelainan yang jelas.
Untuk pemeriksaan Ca diperlukan konisasi dengan
pisau (Cold Conization)
7. Penanganan
Makin tinggi diagnosis makin
baik hasil terapi., dan terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis
telah dipastikan secara histologik dan direncanakan dengan matang oleh suatu
tim.
Disamping terapi karsinoma
serviks didasarkan atas stadium juga didasarkan keinginan dan mempertahankan
fungsi reproduksi (hanya pada stadium Ia). Pada stadium 0 dapat dilakukan
biopsi kerucut (conebiopsy) meskipun untuk diagnostik, dapat juga terapeutik.
Bila penderita cukup tua atau sudah punya anak, uterus dapat diangkat, agar
penyakit tidak kambuh dapat dilakukan histerektomi sederhana (simple vagina
hysterectomy).
Staidum Ia bila masih ingin
punya anak dilakukan amputasi kerucut secara radikal, bila tidak ingin punya
anak lagi dilakukan histerektomi total.
Stadium IB dan Ia dilakukan histerektomi radikal + anjuran therapy. Stadium IIB
sampai IVA dilakukan kemoterapi dan atau radioterapi. Sedangkan bila sudah
sampai stadium IVB dilakukan radioterapi saja.
Adapun obat-obat yang
dipakai sebagai kemoterapi diberikan 5 seri selang 3-4 minggu.
Premedikasi :
-
Antalgin
injeksi.
-
Dipenhydramine
injeksi.
-
Dexamethason
injeksi.
-
Metochlorpropamide
injeksi.
-
Furosemide
injeksi.
Sitostatika :
-
Ciplatinum (50
mg/m2 luas permukaan tubuh per infus hari I).
-
Vincristin (0,5
mg/m2 luas permukaan tubuh intraevenous hari I).
-
Bleomisin (30
mg) per infus hari II.
-
Mitomicin (40
mg dosis tunggal, dianjurkan dengan radioterapi).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Penerapan proses keperawatan
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah klien, membuat rencana
untuk mengatasi, melaksanakan rencana serta mengevaluasi keberhasilan secara
efektif akan masalah yang diatasi. Proses keperawatan melalui empat tahap,
yaitu :
1. Pengkajian data keperawatan
Data yang perlu dikaji pada kasus Ca. serviks adalah
data subyektif dan data obyektif adalah sebagai berikut :
a. Biodata
Dalam biodata yang dimaksud mencakup :
1.) Identitas klien (istri)
2.) Identitas suami
b. Data biologis/Fisiologis
1.) Keluhan utama
2.) Riwayat keluhan utama
·
Keluhan yang
dirasakan
·
Sejak kapan
dirasakan
·
Jumlah
perdarahan
·
Kondisi/keadaan
klien
·
Perawatan yang
telah diberikan
3.) Pola reproduksi
·
Menarche
·
Siklus
·
Lamanya
·
Banyaknya
·
Sifat darah
·
Dismenorrhoe
·
menopause
4.) Riwayat kehamilan dan persalinan serta nifas
5.) Riwayat pembedahan
6.) Riwayat penyakit yang pernah dialami
7.) Riwayat keluarga meliputi genogram, penyakit dan
riwayat persalinan kembar.
8.) Riwayat sosial
·
Aktivitas
sosial
·
kontrasepsi
9.) Riwayat pemakaian obat
10.) Pola kegiatan sehari-hari
·
Nutrisi
meliputi jenis makanan, frekuensi makanan, nafsu makan, makanan pantangan dan
banyaknya minum dalam sehari.
·
Eliminasi
1. BAB : frekuensi, warna, dan konsistensi.
2. BAK : Frekuensi, jumlah dan warna.
·
Istirahat
·
Kebersihan diri
yang meliputi penampilan, berapa kali mandi dalam sehari.
·
Rekreasi dalam
sehari, berapa kali menyikat gigi, berapa kali mencuci rambut dalam seminggu
serta berapa kali mengganti pakaian dalam dan luar.
·
Ketergantungan
obat, rokok, dan alkohol.
·
Hubungan
seksual.
·
KB yang terdiri
dari apakah ibu mengerti tentang KB, ibu setuju menjadi akseptor KB serta
apakah ibu pernah drop out.
11.) Pemeriksaan fisik
·
Keadaan
umum/kesadaran.
·
Tanda-tanda
vital : TD, N, RR, dan S
·
Pemeriksaan
gynekologi secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
·
Muka : apakah
pucat, cloasma gravidarum, apakah penyakit kulit ada, bengkok atau kebiruan.
·
Mata : bagaimana
sclera, kelopak mata dan conjungtiva.
·
Mulut : keadaan
bibir, luka pada bibir, bau dan batuk-batuk.
·
Gigi : jumlah
kebersihan, karang gigi, caries.
·
Leher : apakah
ada kelenjar gondok, pembesaran limfe.
·
Buah dada :
bentuknya, puting, dan kebersihan.
·
Perut : bentuk,
striae, linea, luka diperut.
·
Vulva : oedema,
tanda chadwick, pengeluaran, kebersihan.
·
Tungkai: simetris, luka pada kaki, varices, oedema.
·
Pemeriksaan
laboratorium.
·
Pemeriksaan
penunjang.
·
Keluarga
berencana.
c. Data psikologis
·
Orang terdekat
dengan pasien.
·
Interaksi dalam
keluarga.
·
Persepsi pasien
terhadap penyakitnya.
·
Tugas
perkembangan menurut usia saat ini.
·
Mekanisme
koping.
d. Status sosial ekonomi.
·
Masalah
finansial.
e. Data spiritual
·
Keyakinan
terhadap Tuhan.
·
Aktivitas
agama/kepercayaan yang dilakukan.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut buku Perawatan Medical Bedah halaman 1021 –
1061, (Barbara C. Long, 1996).
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri pada
perut kanan bawah, yang ditandai dengan :
-
Pasien meringis
kesakitan
-
Adanya tumor
yang sulit digerakkan pada perut kanan bawah.
-
Pasien gelisah
b. Anemia berhubungan dengan pengeluaran darah yang
kronis dari jalan lahir yang ditandai dengan :
-
Hemoglobin
menurun.
-
Wajah kelihatan
pucat
-
Konjungtiva
pucat
-
Nadi cepat dan
kecil
-
Tekanan darah
menurun
c. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan,
berhubungan dengan intake yang kurang ditandai dengan :
-
Anoreksia
-
Perawakan kurus
dan lemah
-
Berat badan
menurun
-
Hemoglobin
menurun
d. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakitnya ditandai dengan :
-
Wajah tidak
bergairah
-
Komunikasi
sulit
-
Susah tidur
3. Perencanaan Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri pada
perut kanan bawah, yang ditandai dengan :
-
Pasien meringis
kesakitan
-
Adanya tumor
yang sulit digerakkan pada perut kanan bawah.
-
Pasien gelisah
Tujuan perawatan :
Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil :
-
Rasa nyeri
berkurang
-
Pasien tidak
gelisah
-
Pasien dapat
tidur dengan tenang
Tindakan keperawatan :
1.) Istirahat di tempat tidur.
Rasional :
Dengan istirahat akan mengurangi beban kerja organ
tubuh terutama bagian yang rusak, sehingga kerusakan tidak bertambah parah dan
mempercepat proses penyembuhan.
2.) Latihan bernafas dalam bila ada nyeri.
Rasional :
Terjadi spasme otot, meningkatkan sirkulasi dan
menguatkan otot sehingga nyeri berkurang.
3.) Berikan kompres hangat pada daerah nyeri.
Rasional :
Terjadi vasodilatasi sehingga akan menghambat impuls
nyeri.
4.) Beri salep mentol di atas sympisis.
Rasional :
Dapat menghasilkan sensasi hangat atau dingin dan
akan menghambat transmisi hantaran nyeri.
5.) Berikan pengobatan analgetik dan antibiotika sesuai
order dokter.
Rasional :
Analgetik menekan syaraf perifer sehingga mengurangi
nyeri. Antibiotik akan membunuh kuman, sehingga peradangan menurun dan rasa
sakit menurun.
6.) Berikan pengobatan sitostatika sesuai order dari
dokter.
Rasional :
Sitostatika (obat-obat kanker) dapat menghancurkan
sel-sel kanker dan sekaligus mencegah proses pembelahan sel-sel kanker.
7.) Observasi ambang nyeri.
Rasional :
Indikator menurunnya rasa nyeri.
8.) Beri penyuluhan tentang menfaat istirahat di tempat
tidur, latihan pernafasan, kompres hangat, dan pengobatan.
Rasional :
Terjalin hubungan kerja – sama yang baik antara
pasien, keluarga dan petugas untuk menuju kesembuhan pasien.
b. Anemia berhubungan dengan pengeluaran darah yang
kronis dari jalan lahir yang ditandai dengan :
-
Hemoglobin
menurun.
-
Wajah kelihatan
pucat
-
Konjungtiva
pucat
-
Nadi cepat dan
kecil
-
Tekanan darah
menurun
Tujuan perawatan :
Kebutuhan darah pasien terpenuhi (tidak anemia)
Kriteria hasil :
-
Wajah tidak
pucat
-
Hemoglobin naik
menjadi 12 gram persen (minimal)
-
Tekanan darah
normal (120/80 mmHg)
-
Nadi normal :
80 kali permenit.
Tindakan keperawatan :
1.) Laksanakan transfusi darah sesuai order dokter.
Rasional :
Dapat mengembalikan darah dengan cepat, dengan
transfusi pasien mendapatkan darah segar sehingga kadar hemoglobin dengan
segera naik.
2.) Observasi hemoglobin setiap hari dengan cara sahli.
Rasional :
Mengetahui perkembangan hemoglobin sehari-hari,
3.) Observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernafasan dan keadaan mukosa, kulit
serta konjungtiva.
Rasional :
Kekurangan darah akan tercermin pada tanda-tanda
vital dan warna selaput lendir dan kulit.
4.) Berikan penyuluhan tentang manfaat pemberian
transfusi.
Rasional :
Dengan pengertian pasien tentang transfusi pasien
akan lebih berpartisipasi dalam melaksanakan tindakan transfusi.
5.) Observasi tanda-tanda adanya reaksi anafilaktik.
Rasional :
Darah merupakan antigen bagi pasien. Kemungkinan
bisa terjadi reaksi antigen antibodi yang menimbulkan reaksi syok yang sangat
berbahaya. Dengan pengamatan ketat dapat dicegah reaksi yang fatal.
6.) Berikan Penyuluhan kepada pasien tentang reaksi yang
mungkin timbul akibat transfusi darah.
Rasional :
Dengan pengetahuan tersebut klien dapat melaporkan
segera apabila ada tanda-tanda reaksi anafilaktik.
c. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan,
berhubungan dengan intake yang kurang ditandai dengan :
-
Anoreksia
-
Perawakan kurus
dan lemah
-
Berat badan
menurun
-
Hemoglobin
menurun
Tujuan perawatan :
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
-
Nafsu makan
membaik.
-
Hemoglobin naik
menjadi 12 gram % (minimal)
-
Berat badan
naik minimal setengah kilogram dalam satu minggu.
-
Porsi makan
yang dihidangkan habis dimakan.
Tindakan perawatan :
1.) Berikan makanan TKTP sesuai jumlah kalori yang
dibutuhkan.
Rasional :
Pasien mengalami kerusakan jaringan dan katabolisme
yang berlebihan akibat kanker. Untuk mengantisipasi keadaan tersebut perlu
diberikan kalori dalam jumlah besar serta protein bermutu.
2.) Hidangkan makanan yang bervariasi, bersih dan
hangat.
Rasional :
Asap makanan yang tercium akan merangsang saraf
penciuman dan selanjutnya menimbulkan selera.
3.) Berikan reinforcement (penguatan/pujian) kepada
pasien.
Rasional :
Reinforcement akan meningkatkan semangat hidup
pasien, partisipasi menjadi lebih baik.
4.) Tmbang berat badan pasien tiap minggu.
Rasional :
Merupakan indikator tercapainya tujuan perawatan.
5.) Berikan obat-obatan pembangkit selera sesuai order
dokter.
Rasional :
Obat-obatan tersebut akan menekan pusat kenyang di
otak sebaliknya pusat lapar akan terbuka yang mengakibatkan selera makan selalu
ada.
6.) Berikan penyuluhan kepada pasien tentang manfaat
makanan TKTP dan hubungannya dengan penyakitnya.
Rasional :
Pengetahuan pasien tentang hal tersebut akan meningkatkan
partisipasi pasien dalam pencapaian tujuan perawatan.
d. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakitnya ditandai dengan :
-
Wajah tidak
bergairah
-
Komunikasi
sulit
-
Susah tidur
Tujuan perawatan :
Kecemasan pasien berkurang
Kriteria hasil :
-
Ekspresi wajah
tidak nampak cemas
-
Komunikasi baik
-
Dapat tidur
-
Tidak
ketakutan.
Tindakan perawatan :
1.) Bentuk hubungan atas dasar saling percaya dan
terbuka.
Rasional :
Suasana yang demikian akan memudahkan pasien untuk
mengeluarkan isi hatinya sehingga beban mental pasien akan berkurang.
2.) Luangkan waktu berbincang-bincang dengan pasien.
Rasional :
Pasien merasa rendah diri dan terasing. Dengan
tindakan tersebut pasien akan merasa lebih diperhatikan.
3.) Tunjukkan rasa empati terhadap pasien
Rasional :
Empati meningkatkan harga diri.
4.) Kaji ketegangan dan ketakutan yang dapat menimbulkan
perasaan cemas.
Rasional :
Dapat dijadikan pedoman untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
5.) Berikan penyuluhan kepada keluarga agar dapat
memberikan dukungan mental dan spiritual kepada pasien.
Rasional :
Dukungan keluarga dapat memperbesar rasa percaya
diri pasien dalam menghadapi penyakitnya.
4. Pelaksanaan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana perawatan yang telah ditentukan atau disusun. Dalam perwujudan rencana
dapat ditangani oleh :
a. Yang menyusun rencana.
b. Atau didelegasikan kepada orang lain yang dipercaya
memberikan tindakan keperawatan, mampu dan mempunyai wewenang dalam
melaksanakan rencana perawatan tersebut.
Prinsip dalam implementasi rencana perawatan :
a. Berdasarkan respon pasien.
Siap untuk dilaksanakan atau tidak.
b. Berdasarkan penggunaan sumber : alat, tenaga, dll.
c. Diharapkan dapat meningkatkan daya self care dan
self reliance dari pasien.
d. Sesuai dengan standar seperti : waktu, situasi, dan
lain-lain.
e. Memiliki dasar hukum atau dasar ilmiah.
f. Sesuai dengan tanggung jawab profesi.
g. Meningkatkan kerjasama dengan profesi lain.
h. Semua tindakan yang dilaksanakan, pelaksanaannya
pada aspek pencegahan dan peningkatan kesehatan.
i.
Penerapan dari
metode yang dipilih secara efektif.
j.
Memperhatikan
dan mempertimbangkan faktor-faktor perubahan lingkungan.
k. Meningkatkan peran serta pasien.
Kegiatan – kegiatan yang harus dilaksanakan pada
setiap implementasi dari intervensi keperawatan :
a. Melihat kembali data yang ada pada pasien.
b. Melihat apakah ada data baru yang muncul, berubah
atau tidak berubah.
c. Merevisi rencana bila perlu.
d. Melaksanakan atau mengadakan hubungan yang membantu
dengan klien.
e. Menentukan kebutuhan bantuan keperawatan.
f. Melaksanakan teknik asuhan keperawatan.
g. Mempelajari respon pasien.
h. Mengkomunikasikan tindakan yang sudah dilaksanakan
dan tanggapan pasien kepada tenaga kesehatan lain.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah
terakhir dari proses keperawatan. Menurut H. Lismidar, dkk (1990), evaluasi
adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan
tentang kesehatan, patofisiologi dan strategi evaluasi.
Tujuan evaluasi adalah untuk
menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak, dan untuk
melakukan pengkajian ulang.
Dalam melakukan evaluasi,
sesuai dengan waktu dan tanggal yang telah ditetapkan dalam pernyataan tujuan.
Sambil memberikan asuhan keperawatan, perawat terus menerus mengumpulkan data baru
dari pasien yang nanti akan digunakan untuk bahan evaluasi selanjutnya. Pada
saat evaluasi pencapaian tujuan maka perawat melihat kembali pada pernyataan
tujuan dalam rencana keperawatan yang telah ditetapkan.
·
Perilaku pasien
yang bagaimanakah yang dinyatakan dalam tujuan ?
·
Adakah pasien
itu dapat menunjukkan perubahan perilaku sesuai dengan yang diharapkan dalam
pernyataan tujuan ?
Jawaban untuk dua pertanyaan diatas merupakan dasar
untuk evaluasi pencapaian tujuan. Hal-hal yang dievaluasi adalah kemampuan
pasien menunjukkan perilaku sesuai dengan yang ditetapkan dalam tujuan rencana
keperawatan.
Untuk evaluasi keperawatan pada kanker leher rahim
mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu :
a. Apakah rasa nyaman terpenuhi ?
b. Apakah kebutuhan darah pasien terpenuhi ?
c. Apakah kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi ?
d. Apakah kecemasan pasien berkurang/hilang ?
No comments:
Post a Comment